Rabu, 07 Desember 2011

Energi alternatif arang batok kelapa

BAB I
PENDAHULUAN




1.1.  LATAR BELAKANG


Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa yang utama di dunia. Luas areal tanaman kelapa pada tahun 2000 mencapai 3,76 juta ha, dengan total produksi diperkirakan sebanyak 14 milyar butir kelapa, yang sebagian besar (95%) merupakan perkebunan rakyat. Kelapa mempunyai nilai dan peran yang penting baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun sosial budaya. Pemanfaatan buah kelapa umumnya hanya daging buahnya saja untuk dijadikan kopra, minyak dan santan untuk keperluan rumah tangga, sedangkan hasil sampingan lainnya seperti tempurung kelapa belum begitu banyak dimanfaatkan. Bobot tempurung mencapai 12% dari bobot buah kelapa. Dengan demikian, apabila secara rata-rata produksi buah kelapa per tahun adalah sebesar 5,6 juta ton, maka berarti terdapat sekitar 672 ribu ton tempurung yang dihasilkan. Potensi produksi tempurung yang sedemikian besar belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat meningkatkan nilai tambahnya. Salah satu produk yang dibuat dari tempurung kelapa adalah pembuatan arang tempurung yang pada proses selanjutnya akan dapat diolah menjadi arang aktif. Jadi arang tempurung merupakan bahan baku untuk industri arang aktif. Pembuatan arang tempurung ini belum banyak yang melakukannya, padahal potensi bahan baku, penggunaan dan potensi pasar cukup besar. Dari aspek teknologi, pengolahan arang tempurung kelapa relatif masih sederhana dan dapat dilaksanakan oleh usaha-usaha kecil. Keterbatasan modal, akses terhadap informasi pasar dan pasar yang terbatas, serta kualitas serat yang belum memenuhi persyaratan merupakan kendala dan masalah dalam pengembangan usaha industri pengolahan tempurung kelapa.







1.2.  MAKSUD DAN TUJUAN

1.      Maksud

a.       Untuk mengetahui apa itu arang aktif
b.      Untuk mengetahui apakah arang aktif dari tempurung kelapa dapat dijadikan salah satu industri yang dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi rakyat


2.      Tujuan

a.       Untuk mengetahui kegunaan arang aktif
b.      Untuk mengetahui kandungan dari arang aktif
c.       Untuk mengetahui syarat mutu arang aktif
d.      Untuk mengetahui proses pembuatan arang aktif
e.       Untuk Membuat sebuah Critical Analisis tentang Arang Aktif yang berkaitan dengan Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1.            Pengertian Arang Aktif

Arang aktif adalah suatu bahan hasil proses pirolisis arang pada suhu 600-900oC. Selama ini bahan arang aktif yang digunakan berasal dari limbah limbah kayu dan bambu. Bahan lainnya yang dapat digunakan adalah dari limbah pertanian antara lain sekam padi, jerami padi, tongkol jagung, batang jagung, serabut kelapa, tempurung kelapa, tandan kosong dan cangkang kelapa sawit, dan sebagainya. Pada tahap awal limbah pertanian dibuat arang melalui proses karbonisasi 5000C dan tahap selanjutnya dilakukan aktivasi pada suhu 8000C-9000C.
 Perbedaan mendasar arang dengan arang aktif adalah bentuk pori-porinya (Gambar 1). Pori-pori arang aktif lebih besar dan bercabang serta berbentuk zig-zag. Arang aktif bersifat multifungsi, selain media meningkatkan kualitas lingkungan juga pori-porinya sebagai tempat tinggal ideal bagi mikroba termasuk mikroba pendegradasi sumber pencemar seperti residu pestisida dan logam berat tertentu. Proses pembuatan arang aktif terlihat pada Gambar 2. Keunggulan arang aktif adalah kapasitas dan daya serapnya yang besar, karena struktur pori dan keberadaan gugus fungsional kimiawi di permukaan arang aktif seperti C=O, C2-, dan C2H-.




Setyaningsih (1995)  membedakan arang aktif menjadi dua berdasarkan fungsinya :
  1. Arang Penyerap Gas ( Gas Adsorben carbon )
Arang ini digunakan untuk menyerap kotoran atau cemaran berupa gas. Karbon jenis ini dapat digunakan pada karbon tempurung kelapa, tempurung kelapa sawit, batu bara dan kayu dengan berat jenis tinggi.

  1. Arang Fase Cair ( Liquid-Phase Carbon )
Arang jenis ini digunakan untuk menyera kotoran/zat yang tidak diinginkan dari cairan atau larutan. Arang jenis ini berassal dari batu bara dan selulosa.

Kualitas arang aktif ditunjukkan dengan nilai daya serap Iod di mana berdasarkan ketetapan dari SNI 06-3730-1995 arang aktif dinilai berkualitas bilamana nilai daya serap Iodnya mendekati 750 mg/g, Misalnya arang dari tempurung kelapa dan tongkol jagung sebelum diaktifasi daya serap iodinnya masing-masing adalah 276 dan 452 mg/g, namun setelah diaktivasi meningkat menjadi 672 dan 647 mg/g mendekati nilai persyaratan kualitas arang aktif (Harsanti et al., 2010).

2.2.            Kegunaan Arang Aktif

Saat ini, arang aktif telah digunakan secara luas dalam industri kimia, makanan/minuman dan farmasi. Pada umumnya arang aktif digunakan sebagai bahan penyerap, dan penjernih. Dalam jumlah kecil digunakan juga sebagai katalisator (lihat tabel 1).






Maksud/Tujuan
Pemakaian
I. UNTUK GAS
1. Pemurnian gas
Desulfurisasi, menghilangkan gas beracun, bau busuk, asap, menyerap racun
2. Pengolahan LNG                
Desulfurisasi dan penyaringan berbagai bahan mentah dan reaksi gas
3. Katalisator
Reaksi katalisator atau pengangkut vinil kiorida, dan vinil acetat
4. Lain-lain
Menghilangkan bau dalam kamar pendingin dan mobil
II. UNTUK ZAT CAIR
1. Industri obat dan makanan
Menyaring dan menghilangkan warna, bau, rasa yang tidak enak pada makanan
2. Minuman ringan, minuman keras
Menghilangkan warna, bau pada arak/ minuman keras dan minuman ringan
3. Kimia perminyakan
Penyulingan bahan mentah, zat perantara
4. Pembersih air
Menyaring/menghilangkan bau, warna, zat pencemar dalam air, sebagai pelindung dan penukaran resin dalam alat/penyulingan air
5. Pembersih air buangan
Mengatur dan membersihkan air buangan dan pencemar, warna, bau, logam berat.
6. Penambakan udang dan benur
Pemurnian, menghilangkan ban, dan warna
7. Pelarut yang digunakan kembali
Penarikan kembali berbagai pelarut, sisa metanol, etil acetat dan lain-lain
III. LAIN-LAIN
1. Pengolahan pulp
Pemumian, menghilangkan bau
2. Pengolahan pupuk
Pemurnian
3. Pengolahan emas
Pemurnian
4. Penyaringan minyak makan dan glukosa
Menghilangkan bau, warna, dan rasa tidak enak
Selain itu Arang aktif juga  dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan hayati tanah. Arang aktif efektif dalam meningkatkan sifat fisik tanah seperti agregat tanah dan kemampuan tanah mengikat air. Pada tanah berliat, arang aktif dapat membantu menurunkan kekerasan tanah dan mempertinggi kemampuan pengikatan air tanah, sehingga berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas mikroorganisme tanah. Di dalam tanah, arang aktif memainkan peranan sebagai shelter atau rumah untuk mikroorganisme. Pori-pori kecil pada karbon aktif digunakan sebagai tempat tinggal bakteri, sedangkan pori besar dan retakan (cracks) digunakan sebagai tempat berkumpul. Penggunaan arang aktif di lahan sawah dapat meningkatkan jumlah bakteri dan bakteri fiksasi nitrogen (Azotobacter) di dalam tanah terutama di sekitar akar tanaman pangan. Hasil penelitian di Jepang melaporkan bahwa lahan yang diberi arang aktif meningkatkan frekuensi bakteri fiksasi nitrogen sebesar 10-15% di Hokkaido dan Tohoku (Honshu Utara), 36-48% di Kanto hingga Chugoku (Honshu sebelah Timur- Barat), dan 59-66% di Kyusu. Hasil kajian di Balingtan melaporkan bahwa arang aktif dari tempurung kelapa dan tongkol jagung meningkatkan populasi mikroba Citrobacter sp, Enterobacter sp, dan Azotobacter sp lebih tinggi pada pertanaman padi dibandingkan arang aktif dari sekam padi dan tandan kosong kelapa sawit, sedangkan arang aktif tongkol jagung pada pertanaman kubis dapat meningkatkan populasi mikroba Citrobacter sp, Pseudomonas sp, Serretia sp, Bacillus sp, Azotobacter sp, dan Azospirrillium sp. Beberapa bakteri tersebut termasuk bakteri pendegradasi pestisida dan penambat nitrogen. Penggunaan arang aktif dalam budidaya tanaman pertanian dapat menurunkan residu pestisida dalam tanah, air, dan produk pertanian. Hasil penelitian Balingtan (2009), Arang aktif (AA) tempurung kelapa di tanah pertanaman kubis dapat menurunkan residu insektisida klorpirifos di air hingga sekitar 50%.


2.3.            Syarat Mutu Arang Aktif

Kualitas arang aktif tergantung dari jenis bahan baku, teknologi pengolahan, cara pengerjaan dan ketetapan penggunaannya. Oleh karena itu, bagi produsen  arang aktif yang oerlu diketahui adalah kualitas apa yang ingin dihasilkan dengan menggunakan bahan baku yang ada, serta untuk apa tujuan kegunaan arang aktif tersebut.
Berbagai versi standart kualitas arang aktif telah dibuat oleh negara maju seperti Amerika, Inggris, Korea, Jepang dan Jerman. Indonesia juga telah membuat pula standart mutu arang aktif menurut Standart industri Indonesia yaitu SII 0258-79 yang kemudian direvisi menjadi SNI 06 – 3730 – 1995 .
Menurut Standard Industri Indonesia (SlI No. 0258-79) persyaratan arang aktif adalah sebagai berikut :
Jenis Uji
Satuan
Persyaratan
1. Bagian yang hilang pada pemanasan 950°C
%
Maksimum 15
2. Air
%
Maksimum 10
3. Abu
%
Maksimum 2,5
4. Bagian yang tidak mengarang
%
Tidak ternyata
5. Daya serap terhadap larutan I2
%
Maksimum 20










2.4.            Proses Pembuatan Arang Aktif

Pembuatan arang aktif dari tempurung kelapa terdiri dari 2 tahapan, yaitu :
1.      Proses pembuatan arang dari tempurung kelapa
2.       Proses pembuatan arang aktif dari arang
Rendemen arang aktif dari tempurung kelapa sekitar 25% dan tar 6%
1)      Pembuatan arang dari tempurung kelapa Bahan baku:
Kebutuhan tempurung kelapa 1 ton/hari. Tempurung kelapa harus yang sudah tua, kayunya keras, kadar air rendah, sehingga dalam proses pengarangan, pematangannya akan berlangsung baik dan merata. Jika kadar air tinggi berarti kelapa belum cukup tua, proses pengarangan akan berlangsung lebih lama.
2)      Proses pembuatan arang aktif dari arang Proses pembuatan arang aktif dilakukan dengan cara "Destilasi kering" yaitu pembakaran tanpa adanya oksigen pada temperatur tinggi. Untuk kegiatan ini dibutuhkan prototype tungku aktivasi (alat destilasi) yang merupakan kisi-kisi tempat arang yang diaktifkan dengan kapasitas 250 kg arang. Proses aktivasi dilakukan hanya dengan mengontrol temperatur selama waktu tertentu.
Bahan : Arang Batok
Alat :
Nama alat
Jumlah
Kapasitas
· Tungku aktivasi *)
2 set
250 kg
· Gilingan
1 buah
-
· Ayakan 10 mesh
1 buah
-
· Pompa air
1 buah
-
· Menara air
1 buah
5 m3
· Kunci
2 set
-
·Thermocouple
2 buah
-
*) Tungku aktivasi (alat destilasi) lengkap dengan alat pendingin dan penampung destilat


Cara Kerja :
  1. Arang dimasukkan ke dalam tungku (aktivasi), kemudian ditutup rapat sampai tidak terdapat kebocoran.
  2. Hubungan pipa pengeluaran hasil suling dari tungku aktivasi dengan pendingin yang ujungnya dicelupkan kedalam air. Tujuannya adalah agar oksigen tidak masuk kedalam tungku aktivasi sewaktu dilakukan pendinginan dan sekaligus menampung hasil sulingnya (destilat).
  3. Pasang thermocouple untuk mengamati temperatur selama proses aktivasi berlangsung.
  4. Air pendingin dialirkan, kemudian dilakukan pembakaran dengan menggunakan minyak tanah yang disemprotkan. Mula-mula dengan api kecil, kemudian api dibesarkan dengan jalan menambah bahan bakar dan menaikkan tekanan kompresor.
  5. Lakukan pengamatan terhadap kerja dari tungku aktivasi dengan mengamati kenaikan temperatur. Temperatur selama proses sekitar 600°C apabila temperatur telah mencapai 600°C dan juga terlihat pada ujung pendingin tidak adanya tar (cairan berwarna coklat) yang keluar, ditandai dengan adanya gelembung air, maka pembakaran dipertahankan selama 3 jam. Setelah waktu tersebut proses telah selesai.
  6. Api dimatikan dan tungku aktivasi (alat destilasi) dibiarkan masih tertutup dan sampai dingin. Setelah dingin tungku dibuka dan arang yang telah diaktifkan dikeluarkan. Lakukan penggilingan untuk mendapatkan partikel yang lebih halus, kemudian diayak dan dikemas.
http://www.dekindo.com/content/teknologi/Pembuatan%20Arang%20Aktif%20-%20Dari%20Tempurung%20Kelapa_files/arang_aktif.jpg

http://www.dekindo.com/content/teknologi/Pembuatan%20Arang%20Aktif%20-%20Dari%20Tempurung%20Kelapa_files/skema_arang.gif


Alat :
Nama alat
Jumlah
Kapasitas
- Drum minyak tanah 0,75 m
20 buah*)
-
- Sekop
4 buah
-
- Timbangan
1 buah
500 kg
- Roda dorong
1 buah
-
- Minyak tanah (bahan bakar)
10 buah
-
- Tabung/silinder minyak tanah
3 buah
-
*)10 tungku bekerja bergantian
 



Cara pembuatan/persiapan peralatan :
  1. Tungku pengarangan dibuat dari drum minyak tanah. Bagian drum yang tidak berlobang dipotong sekelilingnya dan dipisahkan. Tutup yang ada lubangnya ditambah dua lubang lagi dengan ukuran 2 x 2,5 inci.
  2. Waktu pengarangan, drum diletakkan diatas dua buah pipa dengan bagian yang ada lubangnya berada dibawah. Sebelum pengarangan, pada lantai drum diberi bahan bakar seperti daun kering, jerami, sabut kelapa secara merata atau menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakarnya, dengan pertolongan alat brander.
  3. Tempurung kelapa disusun tegak atau vertical didalam drum. Api dinyalakan, lubang-lubang udara dibiarkan terbuka.
 Selama karbonisasi (pengarang) perlu diperhatikan asap yang terbentuk :
    • Jika asap tebal dan putih, berarti tempurung sedang mongering.
    • Jika asap tebal dan kuning, berarti pengkarbonan sedang berlangsung. Pada fase ini sebaiknya tungku ditutup dengan maksud agar oksigen pada ruang pengarangan serendah-rendahnya sehingga diperoleh hasil arang yang baik. Untuk pengaturan udara di dalam tungku bias diatur dengan melepaskan atau memasang pipa dibawah drum.
    • Jika asap semakin menipis dan berwarna biru, berarti pengarangan hampir selesai. Kemudian drum dibalik dan proses pembakaran selesai.
    • Tunggu samapi arang menjadi dingin. Setelah dingin arang bisa di bongkar.
http://www.dekindo.com/content/teknologi/Pembuatan%20Arang%20Aktif%20-%20Dari%20Tempurung%20Kelapa_files/proses_arang.jpg












BAB III
ISU TERKINI TENTANG ARANG AKTIF


3.1. MENGOLAH ARANG AKTIF MENJADI UANG
Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang terus melambung, ternyata membawa berkah bagi Supri (45), warga Dusun Dempel, Desa Candi, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Bagaimana tidak? Kondisi itu memunculkan ide usaha membuat arang yang sebelumnya tidak terpikirkan. Usaha tersebut baru digelutinya sekitar dua tahun ini setelah dia belajar kepada seseorang mengenai proses membuat arang. Namun, saat itu belum terpikirkan karena harga arang masih sangat murah.
Setelah mendengar kabar arang banyak diminati kembali untuk rumah tangga dan bisnis warung makan, Supri nekat memulai usaha tersebut dengan modal seadanya. Bahkan, usaha lamanya sebagai pemotong kayu mulai ditinggalkan, meski sesekali ada pesanan untuk memotong kayu masih dijalaninya.
Proses pembuatan arang dimulai dengan menumpuk kayu (bakal arang), kemudian dibakar dan ditutupi tanah atau pasir. Timbunan arang yang dibuat layaknya gunung kecil itu memiliki diameter lingkaran sekitar 1,5 meter dan tinggi setengah meter.Pembakaran arang menggunakan jerami yang diperolehnya dari para petani, tidak jauh dari tempat tinggalnya. Pembakaran itulah yang harus dijaga Supri bersama dua karyawannya secara bergantian selama empat hari. ”Dalam satu kali proses pembakaran saya membuat dua timbunan arang sekaligus dengan total arang yang didapat sekitar 1,5 ton,” papar Supri saat ditemui di lokasi pembakaran.
Harga jual kepada pembeli atau tengkulak yang umumnya langsung mendatangi lokasi pembuatan arang Supri sekitar Rp 5.000/kg. Konsumennya berasal dari Salatiga, Semarang, Ungaran, dan beberapa daerah lainnya.Dari bisnis tersebut, Supri mengaku mampu mempekerjakan dua karyawan dan menghidupi keluarganya.
Semntara kondisi serupa dapat ditemui di kawasan Pedongkelan, Kelurahan Kayu Putih, Jakarta Timur dan di Kota Tangerang, Banten. Di sana itu sejak sekitar 20 tahun lalu terdapat sekitar delapan kepala keluarga pembuat arang batok. Pembuatan arang batok yang menjadi bahan bakar alternatif dan kini banyak diminati oleh pemilik restoran, dan pedagang makanan keliling, itu dilakukan dengan cara sederhana. Prosesnya hanya memakai drum bekas untuk memasak batok hingga menjadi arang.
”Butuh waktu sekitar 10 jam untuk membuat arang batok. Caranya, batok kelapa dimasukkan ke drum lalu di siram dengan seperempat liter minyak tanah. Drum ditutup dengan serpihan arang sampai 10-an jam,” jelas Omin (60) saat ditemui di gubuknya beberapa waktu lalu.
Awalnya, sekitar tahun 1980 Omin yang tak lulus sekolah dasar itu nekat mencari pekerjaan di Jakarta. Ia lalu bekerja pada orang asal Bugis, Sulawesi Selatan, yang menjadi pembuat arang di daerah Cilincing, Jakarta Utara. Majikannya itu membuat arang dari batok kelapa, tetapi waktu itu ia tak memerhatikan siapa saja pembeli arang batok. Beberapa waktu kemudian, ia mencoba mandiri dengan mencari tanah kosong di sekitar Pedongkelan untuk membuat usaha arang, tetapi dari kayu. ”Saya nekat mencoba-coba sendiri cara membuat arang dari kayu. Akhirnya bisa membakar kayu jadi arang yang bisa dijual,” kata Omin
Oleh karena semakin sulit mendapatkan kayu bakar di Jakarta, ia mulai berpikir untuk memanfaatkan batok kelapa yang banyak dibuang di pasar-pasar tradisional. Dalam catatan Omin, pada tahun 1985-an, sangat mudah mencari batok kelapa. ”Saya membeli batok dari tukang kelapa per karung hanya Rp 1.000,” katanya. Satu karung beratnya kira-kira 15 kilogram.
Umumnya satu drum tempat memasak arang berisi sekitar empat hingga lima karung. Biasanya pembuat arang memiliki dua hingga tiga drum. Rata-rata tiga drum menghasilkan arang sekitar 10 karung. Para pembuat arang batok lebih mudah mengalkulasinya dengan nilai uang sesuai harga batok. Setidaknya, setiap dua hari sekali pembuat arang batok bisa mengantongi uang Rp 290.000. Selain itu dari ia masih bisa menyimpan uang untuk dikirim ke kampungnya sebesar Rp 50.000.
Seperti halnya Aleng (30) dan keluarganya, asal Indramayu, serta Satam (47), terbukti mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dari usaha ini. Aleng yang semula menjadi sopir angkot memilih menggeluti pekerjaan sebagai pembuat arang batok.”Memang kami di sini hanya tinggal di gubuk sederhana dan setiap hari terbakar sinar matahari, tetapi uang yang terkumpul juga lumayan,” tutur Aleng sambil tetap bekerja memasukkan arang batok ke karung.
Omin dan Satam, kini harus berlomba-lomba mengambil hati pedagang kelapa agar bersedia menjual batoknya kepada mereka. Intinya bagi para pedagang kelapa, siapa yang bisa memberi harga bagus dan uang tunai di muka, itu yang akan mendapat batoknya.



3.2.  ENERGI ALTERNATIF : ARANG BATOK KELAPA
Peluang ekspor arang kelapa ke China mencapai US$ 300 juta per tahun. Sayangnya produksi arang kelapa Indonesia belum mampu memproduksi permintaan yang sangat besar dari China.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi dalam acara Ramadhan Fair di Pasaraya Blok M, Jakarta, Kamis (12/8/2010).
Sofjan menjelaskan hasil kunjungannya ke Shanghai China beberapa waktu lalu bersama para UKM menunjukan potensi produk UKM Indonesia sangat diminati.
Permintaan arang kelapa mencapai 1 juta ton sementara kapasitas produksi arang hanya baru mencapai 5.000 ton. Selain itu permintaan terhadap tepung gaple juga tinggi mencapai 300.000 ton per tahun sementara kapasitas produksi baru 25.000 ton.
“Potensi-potensinya sangat besar sekali unlimited, kalau kita bisa suplai cangkang kelapa bisa sampai US$ 300 juta dengan serapan tenaga kerja 300.000 orang,” imbuh Sofjan.
Hasil kunjungannya juga menghasilkan komitmen tawaran bantun permesinan bagi para UKM Indonesia seperti mesin pengemasan dan lain-lain. Sementara tim dari China juga akan berkunjung ke Indonesia untuk menjajaki kebutuhan yang diperlukan Indonesia dari China.
Sofjan juga mengatakan pihaknya juga akan kembali memboyong para UKM binaan Apindo ke Nanning China. Hal ini untuk menjajaki kerjasama pemasaran produk produk UKM ke China bagian selatan.
“Kita juga akan ke Nanning akan bawa 50 UKM dulu, karena akan lebih efektif, akan dilakukan bukan hanya sekali atau dua kali,” katanya.
Sumber: detikcom

            3.3. PRODUK  ARANG BERORIENTASI EKSPOR
KOMPAS.com – Batok atau tempurung kelapa kerap kali dibuang begitu saja di pasar-pasar tradisional. Padahal, batok kelapa bisa sebagai bahan baku mentah untuk diolah menjadi arang. Produk arang batok kelapa sebagai bahan baku setengah jadi itu pun dapat diolah lagi menjadi produk arang yang inovatif. Produk batu arang tempurung kelapa (coconut shell briquette charcoal) dapat diproduksi sesuai kebutuhan pasar dan menjadi produk ekspor unggulan. Pengolahan tempurung kelapa menjadi arang dilakukan dengan cara pembakaran. Setumpuk tempurung kelapa dimasukkan ke dalam drum. Kemudian, tempurung kelapa dibakar. Setelah itu, tempurung kelapa yang belum dibakar dimasukkan lagi setahap demi setahap ke dalam drum. Hal itu terus-menerus dilakukan sampai drum penuh dengan tempurung kelapa. Setelah penuh, drum ditutup dan seluruh batok kelapa di dalam drum mengalami proses pembakaran. Lambat laun, tempurung kelapa akan menjadi arang. Setelah dipisahkan dengan sampah- sampah hasil pembakaran itu, arang tempurung kelapa akan menjadi bahan baku produk arang inovatif yang akan diekspor ke pasar dunia.
Pembakaran tempurung kelapa itu dilakukan pekerja di PT General Carbon Industry (PT GCI) di Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Sayangnya, jumlah tempurung kelapa—sebagai bahan baku dasar—untuk dibakar menjadi arang itu masih sangat terbatas.
Akibatnya, PT GCI harus mendapat pasokan arang tempurung kelapa sebagai bahan baku dari pemasok yang berasal dari berbagai daerah, seperti Provinsi Riau dan Kepulauan Riau. PT GCI membutuhkan 300-400 ton arang tempurung per bulan sebagai bahan baku untuk produksi arang tempurung yang inovatif. ” Empat kilogram tempurung atau batok kelapa hanya dapat menghasilkan 1 kilogram arang tempurung,” kata General Manajer PT GCI Tonny. Jika kebutuhan bahan baku arang tempurung 300-400 ton per bulan, berarti dibutuhkan 1.200 ton batok kelapa per bulan. Dari arang tempurung, PT GCI mengolah atau memprosesnya lebih lanjut menjadi produk arang yang berorientasi ekspor. Arang tempurung dibentuk dan dicetak dengan mesin pencetak sesuai kebutuhan pasar. Setelah dicetak, produk arang itu pun masih harus dipanaskan dalam mesin pemanas. Volume produksi arang tempurung PT GCI saat ini mencapai 300 ton per bulan.
Untuk produk tertentu, menurut Tonny, produk arang itu juga diberi bahan kimia. Fungsi bahan kimia itu hanya untuk dapat menyalakan api pada arang tersebut tanpa harus menggunakan bahan bakar, seperti minyak tanah.
Untuk mengontrol kualitas arang tempurung, PT GCI juga memiliki beberapa alat kontrol. Sebelum produk dikirim, arang tempurung yang diproduksi juga diuji coba untuk melihat kualitas, seperti lama pembakaran pada arang.
Saat ini, arang tempurung kelapa yang diproduksi PT GCI sudah menembus pasar dunia. Di Eropa, arang tempurung PT GCI menembus Perancis, Belgia, Belanda, Inggris, Austria, Italia, Jerman, Swedia, dan Denmark.
Di Asia, produk arang PT GCI menembus pasar Singapura, Jepang, dan Korea Selatan. Bahkan, PT GCI juga menggarap pasar Timur Tengah (Timteng), seperti Lebanon dan Suriah.
Dari ekspansi ke pasar dunia itu, menurut Tonny, nilai ekspor per tahun rata-rata 1 juta-1,2 juta dollar AS (sekitar Rp 9,5 miliar-Rp 10,8 miliar). ”Nilai ekspor per tahun mencapai belasan miliar rupiah,” katanya.
Potensi pasar
Potensi pasar ekspor produk arang tempurung masih besar. Di Eropa, arang tempurung dibutuhkan untuk memanggang daging (barbecue).
Di Timteng, arang tempurung lebih banyak digunakan untuk ”merokok” atau shisha. Sementara itu, di Asia, seperti Jepang dan Korea Selatan, arang tempurung digunakan untuk keperluan memasak di restoran.
Arang tempurung dinilai memang lebih mudah masuk ke pasar dunia, khususnya Eropa. Produk itu lebih mudah digunakan. Kualitas dinilai lebih baik daripada arang berbahan baku tanaman bakau. ”Daya tahan pembakaran arang tempurung lebih lama,” kata Tonny.
Produk arang tempurung juga dinilai lebih ramah lingkungan karena tidak merusak tanaman, seperti tanaman bakau. Apalagi, isu pemanasan global yang sangat sensitif di Eropa.
Direktur Utama Avava Group, yang membawahi PT GCI, Tarman mengungkapkan, arang tempurung yang diproduksi PT GCI biasanya diubah nama produk oleh pemesan. Namun, pihak PT tetap mensyaratkan pada kemasan tetap dicantumkan ”buatan Indonesia”.
Jika tidak mencantumkan ”buatan Indonesia”, pihak PT GCI membatalkan pemesanan. ”Label buatan Indonesia memang harus dicantumkan. Itu kebanggaan. Produk arang bisa memasuki Eropa dan negara- negara lain,” kata Tarman. Saat ini, pihak PT GCI berencana memperluas produksi mengingat pesanan kian banyak. Tarman menjelaskan, industri pembuatan arang tempurung yang dilakukan PT GCI saat ini pada mulanya merupakan industri milik investor dari Korea Selatan tahun 2004. Namun, industri itu merugi.
Tahun 2007, lanjut Tarman, pihaknya mengambil alih dan meneruskan bisnis arang tempurung kelapa. Pemasaran pun terus dilakukan. Dengan peluang pasar ekspor yang besar, itu berarti kebutuhan bahan baku batok kelapa pun akan semakin besar. Peluang itu pun seharusnya dapat ditangkap oleh pelaku usaha kecil dan menengah untuk memanfaatkan batok kelapa. Batok kelapa dapat dimanfaatkan untuk pembuatan arang. Arang dari batok kelapa pun dapat menjadi bahan baku bagi industri menengah untuk diolah lebih lanjut menjadi produk arang berorientasi ekspor.
Sumber : Kompas

BAB IV
PEMBAHASAN

Penggunaan   bahan   agrokimia   (pupuk   kimiawi,   pestisida)   secara   berlebihan atau  pengelolaan limbah industri tanpa instalasi pengolahan limbah (IPAL) berpotensi tinggi  mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia. Menurut Coky (2010),  Indonesia   saat   ini   menduduki   posisi   134   dengan   nilai   44.6 dari   163 negara   di   dunia  berdasarkan  hasil riset dari Universitas Yale dan Universitas Columbia tentang kualitas  lingkungan hidup di sebuah Negara. Pada tahun 2008,  Indonesia berada pada posisi  102 dengan nilai 66.2, yang berarti telah terjadi penurunan kualitas lingkungan dalam  jangka waktu 2 tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa betapa kualitas lingkungan  di negara kita sangat memerlukan perhatian.
               Pemanfaatan       limbah    pertanian    adalah    salah   satunya.   Limbah     pertanian    yang  tidak     termanfaatkan       dapat    mencemari       lingkungan     dan    mengganggu estetika.  Limbah pertanian dapat diubah menjadi arang dan arang aktif yang kemudian dapat  dimanfaatkan sebagai pengendali cemaran bahan agrokimia (pestisida dan pupuk) dan  logam   berat   di   lahan   pertanian   melalui   ameliorasi.   Namun,   pemanfaatan   arang   aktif  dari   limbah   pertanian   untuk   kegiatan   pertanian   ramah   lingkungan   dalam   skala   luas  belum diterapkan dan dikenal di tingkat petani.
Pemanfaatan buah kelapa umumnya hanya daging buahnya saja untuk dijadikan kopra, minyak dan santan untuk keperluan rumah tangga, sedangkan hasil sampingan lainnya seperti tempurung kelapa belum begitu banyak dimanfaatkan. Penggunaan tempurung kelapa, sebagian kecil sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga, pengasapan kopra, dan lain-lain. Salah satu produk yang bemilai ekonomi yang dibuat dan tempurung kelapa adalah arang aktif. Pembuatan arang aktif belum banyak yang melakukannya, padahal potensi bahan baku, dan penggunaan dan arang aktif ini serta potensi pasar cukup besar.
Arang aktif adalah arang yang diproses sedemikian rupa sehingga mempunyai daya serap/adsorpsi yang tinggi terhadap bahan yang berbentuk larutan atau uap.
Arang aktif dapat dibuat dan bahan yang mengandung karbon baik organik atau anorganik, tetapi yang biasa beredar di pasaran berasal dan tempurung kelapa, kayu, dan batubara.
Selain itu, tempurung yang dijadikan arang memiliki dua fungsi, yakni sebagai karbon aktif dan bahan bakar alternative yang ramah lingkungan karena tidak menimbulkan bau menyengat. Dalam hal ini, kata dia, karbon aktif merupakan arang yang telah diaktifkan melalui proses tertentu sehingga mempunyai daya serap terhadap racun dan limbah.
Di sejumlah negara, karbon aktif biasa digunakan untuk industri farmasi, menetralisasi air limbah yang akan dibuang, dan penjernih dalam industri air mineral.
Arang aktif menghasilkan limbah yaitu sisa penggilingan arang tempurung kelapa, yang selanjutnya dapat dibuat menjadi bahan bakar alternatif berupa briket.. Briket arang tempurung kelapa ini berbeda dengan briket batu bara yang menimbulkan bau sulfur kalau dibakar. Briket arang tempurung kelapa ini tidak menimbulkan bau menyengat jika dibakar.
Dalam pemanfaatannya briket ini dijadikan sebagai pengganti kayu bakar sehingga diharapkan dapat mengurangi pembalakan liar. briket Tetapi dalam penggunaanya briket masih kurang diminati sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga meskipun harganya relative lebih murah dibanding minyak tanah. Selain itu, abu hasil pembakaran briket ini juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk karena terbuat dari bahan alami.
"Dulu sewaktu harga minyak tanah masih Rp3.000 per liter, efisiensinya sama dengan briket yang harganya hingga sekarang masih Rp3.000 per kilogram. Oleh karena panasnya yang tahan lama dan sulit dimatikan, hingga sekarang masih jarang rumah tangga yang memanfaatkannya sebagai bahan bakar
. Meskipun demikian, kita haruslah  optimistis suatu saat masyarakat akan memanfaatkan briket arang tempurung kelapa yang ramah lingkungan ini sebagai bahan bakar alternatif.  Saat ini yang banyak memanfaatkan briket arang tempurung kelapa ini masih sebatas rumah makan dan industri. Mungkin suatu saat masyarakat akan menyadari bahwa briket arang tempurung kelapa ini ramah lingkungan sehingga mereka akan memanfaatkannya
Hal tersebut adalah salah satu upaya penyelamatan lingkungan untuk mengurangi pemanfaatan kayu bakar. Selain itu briket arang tempurung kelapa juga ramah lingkungan karena terbuat dari bahan alami, tidak menimbulkan polusi, dan abunya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Dengan begitu kesejahteraan masyarakat akan meningkat seiring dengan meningkatnya usaha ini.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan

1.      Usaha arang aktif merupakan usaha yang berpotensi untuk dikembangkan dengan sumber bahan baku yang berlimpah yaitu tempurung kelapa ,sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan menciptakan pemerataan pendapatan masyarakat
2.      Arang aktif dapat digunakan dalam berbagai macam industry, selain itu sisa hasil pembakaran arang dapat digunakan lagi menjadi briket sehingga dapat mengurangi pemanfaatan kayu bakar, briket dari arang tsb juga ramah lingkungan karena terbuat dari bahan alami, tidak menimbulkan polusi dan abunya juga dimanfaatkan menjadi pupuk tanaman


            5.2. Saran
1.      Peluang ini seharusnya dapat ditangkap oleh pelaku usaha kecil dan menengah untuk memanfaatkan batok kelapa. Batok kelapa dapat dimanfaatkan untuk pembuatan arang. Arang dari batok kelapa pun dapat menjadi bahan baku bagi industri menengah untuk diolah lebih lanjut menjadi produk arang berorientasi ekspor.




DAFTAR PUSTAKA














Oval: LAMPIRAN
 

LAMPIRAN